Mencinta tak semanis dicinta, namun dicinta tak sepuas mencinta. Selalu ada sekat yang membenteng arti mencinta dan dicinta. Semua sama, satu arti namun banyak makna bukan??
“serius?? Kamu gak salah kan jatuh cinta sama Ify??” Zevana terlonjak kaget mendengar ucapan sahabatnya barusan, hanya saja itu tampak terlalu berlebihan
“aku serius, apa pernah aku main-main?? Kayaknya kaget banget, ada masalah gitu??” Zevana menghela nafas setelah cukup lama terdiam.
“aku bukan bermaksud apa-apa ya, tapi kata mantan-mantannya Ify dia tuh… emmm, katanya sih ini baru katanya loh. Katanya sih Ify tuh saiko” ucapnya berhati-hati.
“aku denger kok, aku tau gimana anak-anak ngomongin Ify tapi biar gimana pun hati aku gak bisa nyangkal Ze. Aku bener-bener cinta sama dia” ucap si lelaki berparas manis ini sambil menerawang langit gelap yang menyembunyikan sinar mentarinya pagi ini.
Saat rasa itu bersinggah samar-samar tak tersadar yang mengendap terlalu lama dalam hati. Seketika rasa itu telah menyalakan kembang apinya, saat dimana rasa itu mulai bergejolak
Bawalah aku ke dalam mimpimu
“siapa yang nyanyi??” gadis manis itu melangkah perlahan, mendekati pintu kelasnya yang terbuka.
Aku tak kan kecewakan kamu
‘suara yang indah, siapa ya pemilik suara malaikat ini??’ batinnya tersenyum melihat seorang lelaki yang membelakanginya.
Walaupun itu semua
Hanya sebatas mimpi
‘aduh, samperin gak ya??’ pikirnya bingung yang sudah menyelempang tas mermotif bintang berwarna hijau tosca.
Jadikan aku kekasih hatimu
Aku menginginkan kamu
Sungguh-sungguh merasa
Ku jatuh cinta pada dirimu
“ekhemm” lelaki itu tampak terkejut melihat Ify yang telah berdiri di belakangnya yang sedang memberinya seulas senyum yang menurutnya ‘manis’.
“aku gak nyangka loh suara kamu semerdu ini” ucap gadis bernama Ify itu seraya duduk disebelah lelaki itu.
“kamu belum pulang Fy??” tanyanya mengganti topic lain, yang setidaknya membuat jantungnya beristirahat sejenak setelah tadi berdetak lebih cepat.
“basi tau!! Kalo aku udah pulang mana bisa aku ngobrol sama kamu. Emmm, Rio” si pemilik namapun menoleh pada si pemanggil, menatapnya penuh dengan kasih.
“ya??”
“gak bareng pacarmu??” Rio mengangkat sebelah alisnya, tanda ia tak mengerti apa yang dikatakan gadis ini.
“aku gak punya pacar” jawabnya singkat, membuat Ify agak bingung.
“terus, Zevana??” Rio pun hanya terkekeh menatap Ify perlahan.
“dia sahabatku, sahabat sejatiku” Ify tersenyum miring mendengarnya.
“kamu percaya ada yang sejati??” Rio mengangguk yakin.
“tapi… aku gak punya tuh sahabat sejati, apalagi cinta sejati” ucap Ify menunduk memandangi sepatunya yang ia gerak-gerakan.
“berarti kamu belum menemukannya” Ify kembali menatap Rio.
“sungguh?? Apa nanti suatu saat aku akan menemukannya??”
“tentu, jika Tuhan telah menggariskan itu dalam takdirmu”
“kamu dewasa yah” kata Ify menyimpulkan sebuah kata-kata manis itu yang menarik kedua sudut bibir Rio membentuk seulas senyum menyejukkan.
“kamu suka sama aku??” Ify agak tersentak mendengarnya.
“emmm, enggak tau. Emangnya kenapa??” Rio memejamkan matanya seolah membiarkan isi hatinya terlepas bertumpah ruah bersama kehangatan rasa yang membelenggunya setahun ini.
“karena aku menyukaimu, lebih dari yang kamu bayangkan” jawabnya lalu membuka kembali kelopak mata indahnya dan melirik sekilas kearah Ify yang sedang tercengang mendengarkan pernyataan Rio barusan.
Apa kau memiliki?? Apa kau dimiliki?? Apakah kau ingin keduanya?? Ohh, itu tidak egois!! Itu salah satu karakter cinta bukan??
“jangan bicara seperti itu jika kamu nantinya akan meninggalkanku” desah Ify bersandar pada tembok dekat gerbang.
“jika Tuhan belum memanggilku, aku menyanggupi janjiku itu” Ify menatap Rio heran campur haru.
“kenapa kamu begini?? Kamu seperti memojokanku Rio!! Aku… aku bingung” Ify kembali menghela nefas panjangnya, menyiratkan betapa resahnya dia.
“percayalah, apa kau punya rasa itu saat bersamaku??” Ify resah, matanya tak mampu menatap lurus. Menatap mata Rio.
“iya” jawab Ify menggigit pelan bibir bawahnya.
“jika aku menyakitimu, kau boleh membunuhku” bisik Rio lemah, nyaris tersapu angin. Namun terngiang di telinga Ify. Menggoyah tekadnya yang tak ingin cinta, tapi… cinta itu kebutuhan bukan??
“kau yang meminta sayang, dan sekarang aku milikmu”
Magnet, seperti itulah cinta. Saling tarik, menjadi bersama. Mereguk rasa pahit, namun bersama, tak jadi beban kan?? Karena semua tak sendiri, semua punya cinta sejati
Sejuk. Sekata itu nampak di tempat ini. Tempat penuh hijau, penuh embun, penuh pohon, namun sedikit orang.
“kamu suka??” Ify mengangguk senang. Lalu mereka duduk diatas rerumputan hijau yang nyaman. Lalu duduk berhadapan.
“kenapa kamu gak pernah liat mata aku??” Tanya Rio menggenggam tangan Ify lembut.
“aku takut, rasa cintaku ini semakin besar begitu melihat mata beningmu” jawab Ify ragu, dan tetap menunduk. Rio mengangkat dagu tirusnya. Memaksanya memandangnya.
“Rio milikmu” senyap, merdu keheningan berlagu penuh irama.
“cinta butuh dipercaya” Rio menatap Ify lekat dan begitu pun sebaliknya.
“jika tak percaya, berarti kamu belum merasakan mencinta” lanjut Rio lamat-lamat, sepeti bisikan. Dan merasuk.
“percayalah padaku, seperti aku mempercayaimu. Aku tak mampu menyakitimu” lalu perlahan Rio mengangkat tangan Ify yang digenggamnya, mengecupnya lembut. Penuh rasa, tertahan.
“rileks kan??” Tanya Rio, lalu Ify mengerjapkan matanya.
“aku ngerasa… aku semakin… cinta” Rio merengkuhnya dalam dekap, menghirup aroma nyata. Aroma tubuh kekasihnya yang begitu… menenangkan.
Pilih pergi atau percaya?? Jika itu benar, yakinlah kau harus percaya. Tak ada dusta dalam ketulusan, kepedihanpun tak berani menyergap dalam rindu
“Yo” Rio menoleh sekilas, lalu kembali membereskan bukunya.
“kamu kenapa sih?? Akhir-akhir ini jadi ngejauh, apa ada perempuan lain??” Rio menggertak kakinya.
“emang kamu fikir kita punya hubungan apa?? Cuma temen, gak lebih” sungut Rio lalu meninggalkan kelas begitu saja.
***
“percaya deh Fy, Rio itu gak akan main-main sama kata-katanya. Dia setia, dia gak akan ninggalin kamu” ujar Zevana mengelus pundak Ify.
“RIO!!!!” teriakan itu membuat Zevana dan Ify melihat ke arahnya.
“kok kamu ninggalin aku sih Yo?? Kamu tau kan aku cinta banget sama kamu” Rio menghela nafas, lalu mulai buka mulut.
“kamu denger ya, aku udah punya cinta. Aku gak ngelarang kamu punya cinta itu buat aku, tapi aku mohon, kamu jangan ganggu aku seperti ini. Cinta kita beda De, cinta kamu itu aku, tapi cinta aku bukan kamu, cinta aku Ify. Dan aku mohon, kamu ngertiin aku sekali ini aja, kamu mau kan Dea??” ucap Rio setenang mungkin.
BRUKK…
Sebelum Dea menjawab, tubuhnya sudah terjengkang. Jatuh terdorong membuat pinggangnya sakit.
“kamu!! Jangan pernah bicara itu sama Rio!! Atau aku yang bertindak!!” hardik Ify.
“maaf” Ify mulai mengangkat tangannya yang tengah menggenggam seonggok batu sebesar genggamannya, dan siap melontarkannya.
“sayang” suara lembut itu mampu menurunkan tangannya, ditatapnya sosok dengan senyum menawan itu.
“tak harus menyakiti, karena aku tetap milikmu” desah Rio tepat di telinga Ify.
Tinggi, cinta itu tinggi. Tinggi dan suci, menjulang penuh dahaga, merauk semua keindahan dan kepedihan. Tak seorangpun mengotori cinta, bila ada. Dia tak punya cinta
“aku sama Alvin duluan ya” pamit Zevana menyelempang tasnya.
“Rio udah dateng tuh” sekarang Alvin ikut bicara, lalu pergi bersama Zevana.
“lama ya??” Tanya Rio mengatur nafasnya.
“lumayan” balas Ify setelah melirik arloginya.
“Zeva udah pulang ya?? Sama Alvin??” Ify mengangguk.
“Alvin itu siapanya sih??” Rio melirik Ify sekilas.
“sepupunya” dan Ify hanya mengangguk. Rio melihat sekelilingnya, sepi. Sekolah sudah sepi, rupanya ia memang benar-benar telat pulang.
“pulang yuk, udah mau sore” ajak Rio sambil berdiri dari posisi duduknya.
“jalan-jalan” Rio menoleh pada lengannya yang sudah dipeluk Ify yang sedang menyandarkan kepalanya di bahu Rio.
***
“gak apa-apa Fy kamu pulang malem??” Rio terus menanyakan hal itu.
“gak apa-apa, mama udah tau kok aku perginya sama kamu” Rio tersenyum, lalu menyingkirkan beberapa helai rambut Ify yang berserakan di wajah eloknya. Genggamannya yang lembut menegaskan bahwa kasihnya tulus, Rio membelai perlahan wajah Ify yang memandangnya haru.
“Rio milikmu” tatapan lekat nan teduh itu kembali ada.
“jangan berfikir aku tega menyakitimu” hembusan angin perlahan menyapa wajah mereka yang begitu dekat, saling tatap.
“aku takkan meninggalkanmu, kecuali Tuhan yang memanggilku”
“tapi… aku akan berusaha semampuku menjagamu selagi kau mau. Aku akan mematahkan permainan takdir, dan aku akan menjadi cinta sejatimu. Percayalah”
“jika aku melanggar janjiku, bunuhlah aku” lalu mengacak puncak kepala Ify lembut, Ify pun tersentak lalu berkedip.
“aku gak nyesel mencinta sosok lelaki sepertimu, aku nyaman” Rio tersenyum agak lama. Sesaat nafas Ify terasa tercekat, debaran jantungnya membahana di bangsal hatinya. Jiwanya bersymfoni, mengayun sukmanya pada firdaus. Saat bibirnya dipagut lembut, tersentuh dan dibuai. Ciuman yang begitu indah, sehalus sutra. Dan mereka menikmatinya, seperti tertulis dalam sebuah buku ‘cinta itu menonjolkan karakter masing-masing’ yah, intinya kurang lebih begitu. Seperti sapasang sayap, mereka menerbangkan.
Pusaran itu mendekat, apa kuat cinta menahannya?? Hanya mereka yang tau, pinangan sang angin takkan merusak cinta. Hanya saja, sedikit tercerai. Tapi percayalah, cinta tulus takkan meninggalkan
“beneran Yo?? Gak aku sangka kamu ngelakuin itu” tanggap Zevana kaget.
“aku gak ada cara lain, kalo aku bisa ngerubah dia dengan cara seperti ini dia gak akan tersiksa Ze” balas Rio meneguk air jeruk yang terpampang jelas di depannya.
“ya udah deh, aku percaya kamu. Mungkin dengan cara menghipnotisnya seperti itu, pikirannya bisa lebih terbuka”
BRAKK…
“Ify!!” Rio berlari mengejar Ify dari rumah Zevana.
“Fy” Rio menahan kuat tangan Ify, dilihatnya dia… menangis.
“aku udah duga Yo, kamu ngelakuin ini. Tapi aku tepis semuanya, karena aku cinta sama kamu Yo. Aku percaya kamu gak akan nyakitin aku” Rio menyeka air matanya, dengan amat tulus.
“jawab Yo, kamu udah ngelakuin apa selama aku gak sadar?? Selama aku kamu hipnotis?? Kamu apakan aku Yo!!” teriak Ify serak, bahkan ingin menampar wajah Rio saja Ify tak mampu, ia terlalu sayang padanya.
“aku gak berbuat apa-apa Fy, kamu terlalu berharga untuk aku nodai. Aku gak akan menghancurkanmu, aku hanya ingin kamu sembuh”
“BOHONG!! Kamu apakan aku?? Jawab Yo!! Alasanmu itu gak masuk akal, aku gak sakit Yo!! Jangan BOHONG sama aku!!” kini aliran itu semakin jelas membasahi wajah cantik itu.
“sikologi kamu gak baik sayang, kamu terlalu terpukul dengan perceraian orang tua kam…”
“STOPPP!!”
“gak semua lelaki jahat sayang, aku tulus. Aku hanya ingin kamu percaya, aku takkan meninggalkanmu. Jiwa kamu tersiksa kalau terus-terusan menganggap semua lelaki akan menghianati kamu, akan menghancurkan kamu. Aku tulus”
“jangan tinggalin aku, aku pun tak bisa tinggalkan kamu” lanjutnya.
“bener kan kamu gak ngelakuin itu ke aku??” Tanya Ify ragu.
“aku gak pernah sedikitpun terlintas akan hal itu, saat kita berciuman pun kamu sadar kan?? Kamu pun merasakannya, kamu membalasnya. Aku takkan bisa menyakitimu, kamu percaya aku kan Fy??” Ify menggeleng lemah, hatinya letih sudah memangku ini semua. Rio mendekatkan Ify pada tubuhnya, lalu mendekapnya. Mengecup lembut pelupuk basah milik Ify, mengusap hangat buliran bening itu.
“jika kau menganggap hal itu telah menyakitimu” Rio merogoh saku celananya, mangambil sesuatu.
“aku akan bersedia menanggungnya, seperti janjiku. Jika aku menyakitimu…”
“jangan Yo” desah Ify menggenggam erat jemari Rio.
“bunuhlah aku” ucap Rio mengeluarkan sebilah pisau lipat dan memaksa Ify menggenggamnya.
“ayo sayang, aku tak becus menjagamu. Aku tak bisa mengubahmu, aku tak bisa menghilangkan siksaan jiwamu” Ify menjerit terduduk di aspal, hujan. Itulah yang sekarang terjadi sejak tadi.
“aku tak akan melanggar janjiku, kau harus membunuhku Ify, aku telah menyakitimu” Ify kembali menggeleng, lalu menghempaskan pisau tadi jauh-jauh. Lalu berdiri. Membelai wajah tampan Rio dengan tangannya.
“di otakku selalu ada sebuah kalimat bahwa Rio milikku. Ku mohon, jangan menyuruhku melakukan ini. Kamu milikku, aku tak bisa kehilanganmu. Aku percaya cinta, dan aku… percaya kamu” Ify terenyuh merasakan kehangatan dekapan ini, yang hanya ia dapat dari Rio. Cintanya. Cinta tulus tak berdusta, tak berjejak, karena cinta itu hanya mau kamu ‘percaya’ dan tak lebih. Karena dia ingin kau miliki, dia milikmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar